Sunday, November 29, 2020

Benarkah Yesus itu Tuhan kerana disembah?


BENARKAH YESUS ITU TUHAN KERANA DISEMBAH?


Diantara dakwaan ketuhanan Yesus yang kerap dijaja oleh penganut Kristian ialah Yesus menerima sembahan. Diantara sekian banyak hujah-hujah yang mereka gunakan didalam Al-Kitab antaranya ialah :

Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem. (Matius 2:1) dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." (Matius 2:2)

Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. (Matius 2:11)

Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." (Matius 14:33)

Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.(Matius 28:17)

Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, (Markus 5:6)

Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. (Lukas 24:52)

Laman Gotquestions.org ketika mengulas berkenaan 'penyembahan' kepada Yesus menyebut :

Menyembah berarti "penghormatan yang diberikan kepada sosok illahi." Jika Yesus disembah dan menerima penyembahan, maka Ia sedang menegaskan keillahianNya. Ini penting karena adapun orang yang menolak keillahian Kristus, mengesampingkanNya kepada posisi yang bukan illahi. Ya, Yesus menerima disembah. Sebagai Pribadi kedua dari Tritunggal, pada waktu itu maupun sekarang tetap disembah.

Didalam ayat lain, mereka berhujah penyembahan kepada manusia atau malaikat adalah praktik yang dilarang. Umpamanya didalam Kisah Para Rasul 10:25 dan 26 disebutkan :

Ketika Petrus masuk, datanglah Kornelius menyambutnya, dan sambil tersungkur di depan kakinya, ia menyembah Petrus. Tetapi Petrus menegakkan dia, katanya: "Bangunlah, aku hanya manusia saja."(Kisah Para Rasul 10:25 - 26)

Manakala didalam peristiwa yang lain disebutkan,

Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: "Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat." (Wahyu 19:10).

Setelah itu beliau menyimpulkan,

"Di dalam semua peristiwa ini tidak ada kes dimana Yesus menyuruh mereka berhenti menyembah DiriNya ataupun melarangnya. Sedangkan jika manusia biasa, ataupun malaikat disembah secara salah, mereka akan melarang dan menghentikan praktik itu karena tidak diperbolehkan".

Hujah yang hampir sama digunakan oleh laman Isayesus.blogspot ketika mengulas cabaran sebahagian muslim berkenaan dakwaan adakah wujud ucapan Yesus yang berbunyi, "Akulah Tuhan dan sembahlah Aku". Laman itu menyebut :

Sekarang, bila Yesus harus memerintahkan orang-orang se-zamanNya untuk sujud-menyembah Dia, maka sesungguhnya tidak ada signifikansinya sama sekali. Namun demikian dapat kita temukan dalam bukti-bukti Alkitabiah, bahwa meskipun Yesus tidak minta disembah, namun Ia tidak pernah menolak/melarang orang menyembahNya.

Laman itu membawa beberapa contoh bagaimana Yesus disembah, antaranya,

Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." (Matius 8:2)

Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." (Matius 9:18)

Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. (Matius 28:9)

Kata laman itu lagi,

Jadi, dalam kes diatas, bila Yesus benar hanya seorang Guru atau Nabi dan bukan Tuhan, maka Ia pasti dan harus berteriak lantang : "Aku bukan Tuhan, jangan sembah Aku". Bahkan teriakan ini harus dilakukan segera dan berulang-ulang demi mencegah jangan ada seorangpun yang sampai memper-tuhan-kan dan menyembah diriNya. Karena dosa ini adalah dosa yang amat serius (yang diperingatkan secara khusus), ketimbang dosa yang tidak menyembah Tuhan karena ia tahu itu Tuhannya!.

Laman itu membuat kesimpulan :

"proskunêsai" dan "prosekunêsan" kata dasarnya adalah "proskunêo", "menyembah". Kata Yunani yang dipakai untuk penyembahan kepada Allah Bapa adalah "proskunêo". Penyembahan ini tidak bisa lain karena Allah itu Mahamulia yang tidak dimiliki dan tidak pernah diberikan kepada siapapun lainnya. tu sebabnya "proskunêo" yang sama kepada Allah Bapa terbukti dipakai untuk penyembahan kepada Yesus Kristus di seluruh Alkitab Perjanjian Baru.

Mari kita analisis sejauhmana kebenaran dakwaan mereka ini.

Sanggahan pertama : Meneroka maksud 'menyembah' yang dilakukan terhadap Yesus.

Jika anda lihat kebanyakan ayat-ayat yang dikemukakan diatas kebanyakannya menggunakan berasal dari kata akar προσκυνέω (proskuneó) yang diterjemah kedalam bahasa Inggeris sebagai 'worship' atau dalam bahasa melayu sebagai 'menyembah'.

Sebenarnya, perkataan προσκυνέω (proskuneó) dalam teks asal yunani mempunyai beberapa maksud, yakni penghormatan (kepada makhluk), dan juga sembahan kepada Tuhan. Mari kita perhatikan beberapa maksud προσκυνέω (proskuneó) berdasarkan Kamus Thayer's Greek Lexicon :

1) very often for הִשְׁתַּחֲוָה (to prostrate oneself); properly, to kiss the hand to (toward) one, hence, among the Orientals, especially the Persians, 
2) to fall upon the knees and touch the ground with the forehead as an expression of profound reverence
3) by kneeling or prostration to do homage (to one) or make obeisance, whether in order to express respect or to make supplication.
a) of homage shown to men of superior rank: (the Jewish high-priests are spoken of in Josephus)
b) of homage rendered to God and the ascended Christ, to heavenly beings, and to demons.

Jika saya terjemah ke dalam bahasa melayu :

1) untuk mencium tangan (ke arah) seseorang, sebagai tanda penghormatan di kalangan orang-orang Timur, terutama orang-orang Persia,
2) jatuh ke atas lutut dan menyentuh tanah dengan dahi sebagai ungkapan penghormatan yang mendalam,
3) dengan berlutut atau sujud untuk melakukan penghormatan (kepada seseorang) atau bersujud, sama ada untuk menyatakan rasa hormat atau untuk memohon, ia digunakan untuk;
a) sebagai penghormatan yang ditunjukkan kepada orang-orang yang berpangkat tinggi; (kepada imam-imam besar Yahudi yang disebut dalam Josephus),
b) sebagai penghormatan yang diberikan kepada Tuhan dan Kristus yang telah naik, kepada makhluk syurgawi, dan kepada syaitan. 




Sekadar gambar hiasan


Laman Sarapan Pagi Biblika pula saya lihat lebih 'jujur' ketika menghurai kata 'menyembah' seperti yang terdapat dalam Matius 2:2-11, laman itu menyebutkan :

προσκυνησαι - proskunêsai kata dasarnya adalah προσκυνεω - proskuneo, "menyembah" dalam bentuk aorist aktif infinitif. Kata ini digunakan baik "menyembah" Allah (Matius 4:10; Lukas 4:8; Yohanes 4:24; dst.) maupun "menyembah" manusia (Imam Besar Yahudi, orang yang disegani, orang tua), bahkan untuk "menyembah" berhala, dan setan.

Dalam bahasa Ibrani, kata "menyembah" menggunakan kata שָׁחָה - SHAKHAH, kutipan HaBrit HaKadasya di atas menulis לְהִשְׁתַּחֲוֹת - LEHISH'TAKHAVOT yaitu kata SHAKHAH plus prefiks dan suffiks sesuai dengan kaidah tata bahasa Ibrani. Tanakh Ibrani juga menggunakan kata שָׁחָה - SHAKHAH buat Allah dan buat manusia.

Berdasarkan daripada beberapa penafsiran diatas, yang mana satukah yang terpakai untuk Yesus? sudah tentu konteks. Untuk mengetahui konteksnya, kita perlu melihat kepada petunjuk atau dalil lain yang boleh memberi penafsiran yang tepat daripada sekian banyak definisi diatas.

Cuba perhatikan ayat ini betul-betul :

Matius 4:8: Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,

Matius 4:9: dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."

Matius 4:10: Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Daripada ayat ini, anda dapat lihat dengan jelas Yesus sendiri memberi perakuan bahawa yang hanya layak disembah ialah Allah.

Berdasarkan daripada  penjelasan ayat diatas, yang mana satukah definisi 'menyembah' yang sepatutnya lebih sesuai diberikan kepada Yesus? ya sudah tentu 'menyembah' yang dimaksud adalah sekadar sembah hormat, bukan sembah dengan diiringi pengagungan layaknya Tuhan. Jelas disini, sembah hormat yang diterima Yesus tidak menjadikan beliau setaraf dengan Tuhan. 

Sanggahan kedua : Sujud menyembah adalah suatu perlakuan hormat yang menjadi kebiasaan dalam istilah Bible.

Didalam Al-Kitab, anda akan temui bahawa ada para Nabi yang disembah namun ia tidaklah menjadikan mereka Tuhan atau memiliki sifat keIlahian. Sebagai contoh,

Genesis 37:9: Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku."

Genesis 42:6: Sementara itu Yusuf telah menjadi mangkubumi di negeri itu; dialah yang menjual gandum kepada seluruh rakyat negeri itu. Jadi ketika saudara-saudara Yusuf datang, kepadanyalah mereka menghadap dan sujud dengan mukanya sampai ke tanah.
 
Ini adalah kisah Nabi Yusuf didalam tentang bagaimana saudara-saudaranya sujud menyembah kepadanya. Namun demikian ia tidaklah menjadikan Nabi Yusuf Tuhan seadanya. Mari kita lihat contoh lain pula.

Genesis 49:8: Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu.

1 Samuel 25:24: Ketika Abigail melihat Daud, segeralah ia turun dari atas keledainya, lalu sujud menyembah di depan Daud dengan mukanya sampai ke tanah.

2 Samuel 9:6: Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: "Mefiboset!" Jawabnya: "Inilah hamba tuanku."

2 Samuel 14:33: Kemudian masuklah Yoab menghadap raja dan memberitahukan hal itu kepadanya. Raja memanggil Absalom, dan ia masuk menghadap raja, lalu sujud ke hadapan raja dengan mukanya ke tanah; lalu raja mencium Absalom.

2 Sameul 15:5: Apabila seseorang datang mendekat untuk sujud menyembah kepadanya, maka diulurkannyalah tangannya, dipegangnya orang itu dan diciumnya.
 
Anda dapat lihat Nabi Daud dan raja yang disembah Absalom juga tidak dianggap Tuhan hanya kerana sembahan itu. Mengapa? kerana ia adalah bentuk budaya hormat yang wujud pada waktu itu, sama halnya dengan Yesus. Wajarlah mereka tidak menghalang apabila diri mereka diberi sembah horrmat. Argumen kononnya Yesus tidak menghalang orang dari menyembahnya kerana memahami akan keilahiannya adalah tertolak. Jika demikian, wajar saja Nabi Yusuf, Nabi Daud atau raja dalam ayat diatas dianggap Tuhan kerana tidak menghalang orang dari menyembah mereka.

Jika demikian, mengapa Petrus mengelak untuk disembah oleh Kornelius?

Ketika Petrus masuk, datanglah Kornelius menyambutnya, dan sambil tersungkur di depan kakinya, ia menyembah Petrus. Tetapi Petrus menegakkan dia, katanya: "Bangunlah, aku hanya manusia saja."(Kisah Para Rasul 10:25 - 26)

Pertama sekali, kita perlu menilai, apakah setiap orang yang mengelak untuk disembah hormat itu menganggap bahawa dirinya telah diagungkan layaknya Tuhan oleh orang yang memberi sembah hormat? apakah tidak wujud kebarangkalian lain selain dari faktor tadi? Maka hal ini sangat berkait dengan persepsi yang ada dalam minda kita.

Persoalan saya, mengapa kita tidak mellihat keengganan Petrus itu lahir dari sifat rendah diri beliau? 

Perhatikan bagaimana keengganan Petrus ketika kakinya ingin dicuci oleh Yesus takkala Yesus mencuci kaki murid-muridnya yang lain dalam satu ritual yang tercatat dalam Yohanes 13:5-16.

13:6: Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?"

13:7: Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."

13:8: Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."

13:9: Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!"

Peristiwa ini menunjukkan, Petrus mempunyai sifat rendah diri dan menganggap dirinya tidak layak untuk dicuci kakinya oleh Yesus. Dalam hal ini, Petrus menunjukkan sikap yang agak berbeza dengan murid-murid Yesus yang lain. Maka tidakkah hal yang sama dialami beliau ketika Kornelius melakukan sembah hormat kepada beliau. Oleh sebab itu kata-kata  Petrus yang terabadi dalam 1 Petrus 5:57 menyebut:

Demikian juga kamu, orang muda, hendaklah kamu taat kepada orang yang lebih tua. Hendaklah kamu semua merendahkan diri dan saling melayani, kerana di dalam Alkitab tertulis, “Allah menentang orang yang sombong, tetapi Dia merahmati orang yang rendah hati.” Oleh itu, rendahkanlah diri kamu ke bawah tangan Allah yang berkuasa, supaya Dia meninggikan kamu pada masa yang ditetapkan-Nya.

Berkenaan dengan ayat didalam Revelation/Wahyu 19:10, hal ini sebenarnya merujuk kepada ketakjuban Yohanes dengan apa yang dilihatnya tentang alam ketuhanan. Rasa takjub itulah membuatkan beliau tersungkur dihadapan malaikat.

Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: "Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat." (Revelation/Wahyu 19:10).

Dan ketakjuban yang beliau alami itu membuatkan beliau tersungkur dalam keadaan merendah diri/merasa kagum kepada kuasa yang lebih besar dan agung. Inilah bentuk penghormatan yang tidak boleh diberikan kepada sesiapapun kecuali Tuhan. Inilah sebabnya mengapa malaikat dalam ayat itu melarang Yohanes sujud menyembah kepadanya.


Sanggahan ketiga : Sesuatu istilah boleh bertambah definisinya berdasarkan kefahaman baru yang berkembang keatas istilah tersebut.

Tentu ada yang berkata : Bukankah dalam sekian banyak definisi προσκυνέω (proskuneó) diatas, didalamnya juga disebut 'sebagai penghormatan yang diberikan kepada Tuhan dan Kristus yang telah naik, kepada makhluk syurgawi, dan kepada syaitan.' Lalu mengapa definisi itu ditolak?

Baiklah, didalam dua hujah yang telah saya berikan sebelumnya, saya telah membentangkan bagaimana definisi itu ditolak berdasarkan dalil atau petunjuk dari ayat lain didalam Alkitab, dimana Yesus memberi isyarat bahawa penyembahan untuk Tuhan hanyalah kepada Allah dan bukan kepada dirinya.

Dalam sanggahan kedua, saya telah berikan hujah bagaimana sembah hormat yang diterima Yesus adalah dalam konteks budaya hormat yang wujud pada waktu itu, dan bukan dalam konteks Tuhan yang menerima sembah dengan disertai rasa pengagungan dan penghambaan.

Dan sewajarnya, setelah memahami dua hujah diatas, wajar pula kita beralih kepada perbincangan seterusnya, bagaimana sesuatu istilah itu boleh bertambah definisinya kerana faktor berkembangnya kefahaman baru yang diterapkan kepada istilah tersebut.

Sebagai contoh, perkataan sembahyang. Jika anda merujuk kamus dewan, sembahyang bermaksud :

Definisi1 (dlm agama Islam) ibadat yg terdiri drpd niat, beberapa perbuatan dan bacaan yg dimulakan dgn takbiratulihram dan disudahi dgn salam; solat: ~ zuhur. 2 (bagi orang bukan Islam) permohonan kpd Tuhan; doa.

Namun, sesuatu yang perlu ditelusuri, perkataan sembahyang yang difahami oleh orang melayu kini dalam bahasa Arabnya adalah 'Solat'. Maka jika 'Solat' adalah perkataan Arab yang istilahnya memang wujud dalam Alquran dan Sunnah, lantas dari mana datangnya istilah sembahyang ini? Jawapannya, sudah tentu ia berakar umbi dari kepercayaan melayu kuno.

Sebelum datangnya agama Hindu dan Budha, masyarakat Melayu sudah memiliki agama tersendiri iaitu Kapitayan. Kapitayan adalah kepercayaan yang terdapat di kalangan orang Jawa purba. Tuhan utama bagi ajaran ini dikenali sebagai Sang Hyang Taya.

Menurut Abdul Rahman Haji Abdullah (1990) dalam Pemikiran Umat Islam di Nusantara, Hyang yang asalnya dikaitkan dengan roh nenek moyang sebenarnya diperkuat dengan maksud dewa. Maka dengan itu timbullah istilah ‘sembahyang’ bermaksud menyembah Hyang atau menyembah dewa.

Lihat bagaimana perkataan 'sembahyang' yang pada asalnya mempunyai definisi tersendiri akhirnya digantikan oleh definisi baru setelah kedatangan Islam ke tanah melayu. Perkataan itu kekal, namun maksudnya telah berubah.

Maka, maksud sesuatu perkataan bukanlah dinilai pada apa yang tertera pada kamus semata-mata, namun juga harus merujuk pada sejarah dan kebudayaan yang melatari istilah tersebut. Dalam hal ini, perkataan προσκυνέω (proskuneó) secara historis hanya merujuk samada sembah hormat kepada manusia atau kepada Tuhan sahaja. Berdasarkan dari dua hujah yang saya telah bentangkan, anda akan dapati jika ia digunakan kepada manusia, maka ia merujuk kepada sembah hormat biasa, dan bila ia digunapakai untuk merujuk hubungan dengan Tuhan, ia adalah sembah pengagungan.

Namun, seiring dengan sejarah perkembangan agama Kristian dan munculnya kepercayaan bahawa Yesus itu Tuhan, maka istilah προσκυνέω (proskuneó) didiktekan sebagai penyembahan kepada Kristus sebagaimana layaknya Tuhan disembah. Nyatalah ia suatu definisi baru yang telah diberikan kepada istilah tersebut dan ia datang kemudian.


Sanggahan keempat: Setiap yang disembah tidak automatik menjadikannya Tuhan, kerana syaitan juga disembah, namun ini tidak bererti syaitan menjadi Tuhan.

Saya rasa kelakar apabila laman Isayesus.blogspot menyebut :

Tahukah para skeptis bahwa orang Yahudi dikala itu selalu tahu bahwa yang dinamai Tuhan itu hanya jikalau Ia disembah. Dan apa atau siapa yang disembah sujud, itulah (dianggap) Tuhan!

Itu adalah definisi sejak manusia berhubungan dengan Tuhan. Itu bukan berita khusus bagi kaum Yahudi. Tuhan disembah bukan karena Dia yang pertama-tama menuntut, melainkan akibat dari kedasyatan kuasa dan kemuliaanNya, yang menggetarkan hati manusia, maka Ia dipercayai, diakui, diandalkan, ditakuti dan dihormati dalam hidup dan sesembahan kita.

Ini adalah suatu dakwaan yang kelakar. Cuba fikirkan, sepanjang sejarah betapa banyak manusia dahulukala yang merasai 'kedahsyatan kuasa' dari fenomena alam semesta seperti letusan gunung berapi, ombak laut yang besar, arus sungai yang deras hinggalah kepada misteri hutan belantara. Manusia primitif ini melakukan pelbagai upacara penyembahan untuk 'mententeramkan' penjaga-penjaga alam tadi. Cuba tanya diri kita, adakah sekadar perasan manusia itu menjadi hujah untuk menentukan Tuhan yang sebenar?

Sepanjang sejarah juga manusia dari pelbagai peradaban melakukan hubungan silang dimensi dengan makhluk ghaib. Mereka merasai 'kedahsyatan kuasa' dan 'kemuliaan' makhluk ghaib yang mereka sembah. Namun adakah semua itu sudah cukup menjadikan makhluk-makhluk ghaib tadi sebagai Tuhan?   

Makhluk tetap makhkuk. Beberapa diktator dalam sejarah dunia juga disembah, namun ini tidaklah menjadikannya Tuhan. Meskipun Firaun mengaku dirinya Tuhan, pengakuannya itu kosong tidak membawa erti. Sedangkan yang mengaku dengan lidah sendiri pun tidak dapat dijadikan hujah, apatah lagi sekadar disembah!

Lantas, apakah ciri Tuhan itu sekadar disembah?

Sebenarnya, terdapat banyak ciri-ciri Tuhan yang haq didalam Alquran dan Sunnah. Allah menggambarkan hak penciptaanNya, hak kepemilikanNya, hak pentadbiranNya, hak utntuk disembah dan hak nama-nama serta sifatNya yang maha mulia dalam banyak ayat Alquran. Terlalu banyak jika saya hendak senaraikan disini satu persatu namun cukuplah saya memetik satu ayat sahaja untuk kita jadikan kayu ukur untuk mengetahui apakah ciri didalam ayat tersebut dimiliki oleh Yesus. Ayat tersebut ialah ayat 13-14 Surah Al-Faathir.

“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalaupun mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Dzat yang Maha mengetahui.” (QS. Faathir: 13-14).

Daripada ayat diatas, kita mendapat faedah, bahawa ciri Tuhan yang sebenar bukanlah setakat ia disembah, tetapi ia juga harus :

1 - mempunyai leluasa/wewenangan atas pemilikan dalam alam ini
2 - mampu mendengar permintaan kita (bukan pekak)
3 - dan jika mereka mendengar, haruslah ada kemampuan untuk memperkenankan permintaan kita,
4 - kemudian, perlu ada jaminan bahawa mereka tidak akan berlepas diri dari tindakan kita mempertuhankan mereka di hari kiamat kelak.

Mari kita analisis ayat diatas dengan ciri-ciri Yesus yang ada didalam Bible :

1 - Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.

Yesus berkata didalam Alkitab : “Jika aku memuliakan diriku sendiri, maka kemuliaanku itu sedikitpun tidak ada artinya. Allah-kulah yang memuliakanku.” (Yohanes, 8:54)

Jelas disini Yesus mengakui beliau tidak memiliki apa-apa hatta kemuliaannya pun tidak bererti dan merupakan anugerah Tuhan.

2 - Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu;

Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?"* Artinya: /Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46)

Ini adalah seruan Yesus saat dia disalib, jika dia saja menyeru Allah disaat kesulitan itu, maka apakah kita mengharapkan dia mendengar seruan kita?


3 - mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.

Matius 18:19: Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.

Didalam ayat ini Yesus menjelaskan bahawa yang mengabulkan permintaan adalah Tuhan Allah di syurga, bukan baginda.

4 - Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu

Yesus berkata : Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yohanes 17:3)

Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!. (Matius, 4:10)

Berdasarkan pengakuan Yesus didalam Alkitab ini, adakah anda tidak takut sekiranya Yesus berlepas diri dari anda ketika ditanya oleh Allah di hari kiamat kelak?




1 - Apakah Al-Kitab mengatakan Yesus disembah? - Gotquestions Bahasa Melayu
2 - Kapan Yesus pertama disembah? - SarapanPagi Bibilka Ministry
3 - Adakah Yesus pernah berkata "Sembahlah Aku"? - isayesus.blogspot
4 - Biblehub.com/greek
5 - Simon Petrus - Wikipedia Bahasa Melayu
6 - Kamus Dewan Online
7 -  Orang Melayu Dahulu Sudah Menganut Agama Tauhid & Bukan Animisme! - Ahmad Iqram Mohamad Noor (Penyelidik di Multiracial Reverted Muslim)
8 - Mengapa sembah hyang? - Suparjo.blogspot.
9 - Tauhid: Tidak Ada yang Pantas Menjadi Sekutu Allah - Muslim.or.id
10 - Sabdaweb Alkitab Terjemahan Baru

Tuesday, November 17, 2020

Apakah Allah dan Yesus itu menyatu?

 

APAKAH ALLAH DAN YESUS ITU MENYATU?


"Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30)


Ayat ini merupakan antara ayat yang paling popular digunakan oleh penganut Kristian untuk menegaskan ketuhanan Yesus dan konsep tritunggal. 

Saya ambil penjelasannya dari laman Sarapan Pagi Biblika, dimana setelah beliau menjelaskan beberapa maksud untuk perkataan 'satu' menurut kaedah bahasa Yunani, lalu beliau menyimpulkan :

"Yohanes 10:30 dari segi kaidah bahasa Yunani, menyatakan bahwa Yesus dan Bapa memiliki satu Dzat, satu Hakekat yaitu Allah. Konteks kata satu εν - HEN untuk ayat diatas menunjukkan pernyataan Yesus adalah Allah, yang "satu" sama hakekat dengan Bapa yang dipertegas dengan pernyataan "εν εσμεν - hen esmen". Kata Yunani εσμεν - ESMEN dalam Yohanes 10:30 adalah "to be" dalam modus indikatif, pernyataan fakta."

"Ayat diatas lebih lanjut dipertegas dalam ayat-ayat :"Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yohanes 14:9), dan "Akulah jalan dan kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6)."

Persoalan yang saya ingin ajukan ialah, kenapa mencari maksud 'satu' hanya menurut aspek tatabahasa semata-mata, mengapa tidak mahu meneroka maksud sesuatu perkataan berdasarkan petunjuk-petunjuk lain dalam Al-Kitab?

Sebelum itu mari kita lihat turutan ayatnya secara lengkap.

10:30 - Aku dan Bapa adalah satu."

10:31 - Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.

10:32 - Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?"

10:33 - Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."

10:34 - Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?

10:35 - Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah--sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan--,

10:36 - masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?

10:37 - Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku,

10:38 - tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa."

10:39 - Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.

Untuk itu, saya mengajak pembaca untuk mengkritisi dan meneliti turutan ayat diatas satu persatu. Kita bermula dengan Yohanes 10:30.

Yohanes 10:30 - 'Aku dan Bapa adalah satu'.

Benarkah ini menunjukkan dengan jelas bahawa Yesus sehakikat dengan Allah sebagaimana dakwaan mereka?

Bagi menjawab syubhat ini, mari kita lihat bagaimana ayat ‘Yesus dan Tuhan adalah satu’ digunapakai dalam ayat yang lain. Ini bukan satu lompatan atau pengalihan topik, tetapi mencari penjelasan dari ayat lain tentang apakah maksud sebenar perkataan Yesus itu.

Dalil pertama : Yohanes 17:11 : "Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita."

Dalil kedua : Yohanes 17:21 : "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. "

Dalil ketiga : Yohanes 17:22 : "Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu."

Dalil keempat :Yohanes 17:23 : "Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku."

Penjelasan : Ini adalah bukti kukuh Yesus menyamakan kesatuan antara baginda dan Tuhan dengan kesatuan orang yang mengikutinya. Maka kesatuan yang dimaksud adalah kesatuan dari sudut matlamat dan tujuan, iaitu kesatuan dibawah ajaran Yesus dan naungan perintah Tuhan.

Perhatikan pada Yohanes 17:22 bahawa kemuliaan yang diperoleh oleh anak-anak murid Yesus itulah yang menjadikan mereka 'menyatu' dengan Tuhan. Oleh itu jika Yesus 'menyatu' dengan Tuhan kerana kemuliaan yang diperolehinya, begitu juga anak-anak muridnya menyatu dengan Tuhan dalam maksud dan hakikat yang sama, bukan berlainan. Dengan erti kata lain, ayat ini telah meletakkan satu syarat kepada penyatuan dengan Tuhan, dimana syarat itu telah pun diterima oleh Yesus, dan dia memberikan kemuliaan itu kepada anak-anak muridnya.

Menjawab syubhat antara hakikat dan metafora

Golongan Kristian percaya bahawa ayat Yohanes 17:11 dan 17:22 adalah kiasan yang disandarkan kepada realiti/hakikat, dimana mereka menyamakan kesatuan anak-anak murid Yesus itu sepertimana hakikat kesatuan dirinya dengan Tuhan secara hakikat.

Penjelasan : Jika ayat Yohanes 17:11 dan 17:22 dianggap kiasan yang disandarkan kepada realiti/hakikat, mari kita perhatikan pula dengan cermat ayat pada Yohanes 17:21 :

Yohanes 17:21 : "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."

Perhatikan bahawa ayat 'agar mereka juga didalam kita' sangat jelas dikaitkan dengan ayat sepertimana Yesus didalam Bapanya. Ini bererti perkataan 'didalam' yang digunakan oleh Yesus pada keseluruhan ayat itu adalah metafora, dan bukan hakikat, kerana metafora dan hakikat tidak boleh disebut bersekali dalam satu ayat. Motif sesuatu ayat itu dilihat pada konteksnya.

Andaikan bahawa mereka tetap menganggap ia satu kiasan yang disandarkan pada satu kesatuan hakiki, mari kita lihat dua lagi ayat :

Yohanes 14:20 : "Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu."

Yohanes 17:23 : "Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku."

Dua ayat ini jelas menyebut kesatuan antara Tuhan dan Yesus dikaitkan terus dengan kesatuan Yesus dan muridnya. Bagaimana kita mahu mengaitkan kiasan atau metafora dengan maksud hakiki sedangkan pertaliannya berkait antara satu sama lain tanpa dibezakan oleh apa-apa pemisah ayat?

Mari kita teroka pula perenggan kedua.

10:31 - Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.

10:32 - Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?"

10:33 - Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."

10:34 - Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?

10:35 - Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah--sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan--,

Kebanyakan orang kristian mengabaikan rangkap penting ini terutama mesej yang terkandung didalam ayat Yohanes 10:34. Lebih menjelekkan, mereka menterjemahkan perkataan 'Allah' dengan huruf besar dalam ayat Yohanes 10:33 (iaitu tuduhan orang yahudi kepada Yesus) manakala sebaliknya menggunakan huruf kecil untuk perkataan 'allah' pada Yohanes 10:34 (penegasan Yesus tentang apa yang telah termaktub dalam kitab suci mereka). Ini merupakan sikap tidak amanah terhadap penafsiran Al-Kitab.

Apakah benar orang yahudi menuduh Yesus mengaku sebagai Allah sepertimana yang terkandung dalam ayat Yohanes 10:33? Jawapannya ada pada ayat berikutnya.

10:34 - Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?

10:35 - Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah--sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan--,

Siapakah 'allah' yang dimaksudkan dalam kedua ayat ini? jawapannya ialah perkataan 'elohim' (ibrani : אֱלֹהִ֑ים) atau sering diterjemah kedalam bahasa melayu sebagai 'allah'.

Secara ringkasnya, saya boleh simpulkan, 'El' adalah kata umum untuk tuhan, yang kadang-kadang juga digunakan untuk merujuk kepada tuhan-tuhan yang batil. 'elohim' bukan sahaja digunakan untuk merujuk kepada Tuhan yang haq dan ilah yang palsu tetapi juga merujuk kepada nabi, malaikat, para raja, hakim-hakim dan juga messiah. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang menzahirkan kekuasaan dan kehebatan, maka ia disebut elohim. Namun dalam pemahaman linguistik bangsa Israel, hal ini bukanlah merujuk kepada Tuhan yang haq dan esa, yang menjadi Tuhan bangsa Israel zaman berzaman. Genesis 1:1 adalah contoh bagaimana perkataan elohim merujuk kepada Tuhan yang Esa :

"Pada mulanya Allah (elohim/אֱלֹהִ֑ים) menciptakan langit dan bumi." (Genesis 1:1)

Namun disana, ada juga penggunaan perkataan 'elohim' untuk merujuk kepada Nabi. Contohnya penggunaan 'elohim' untuk merujuk kepada Nabi Musa a.s didalam Exodus 7:1 :

Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai allah (elohim / אֱלֹהִ֑ים) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.

Didalam Perjanjian Lama, para hakim juga dirujuk dengan gelaran 'elohim'.

Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah (elohim/ אֱלֹהִ֑ים), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. --

Mari kita lihat pula bagaimana 'elohim' digunakan untuk merujuk kepada malaikat didalam Judges 13:21 dan 22 :

Sejak itu Malaikat TUHAN tidak lagi menampakkan diri kepada Manoah dan isterinya. Maka tahulah Manoah, bahwa Dia itu Malaikat TUHAN.

Berkatalah Manoah kepada isterinya: "Kita pasti mati, sebab kita telah melihat allah (elohim/ אֱלֹהִ֑ים)."

Anda dapat lihat bahawa bukan manusia saja digelar sebagai 'elohim'/ allah didalam Al-Kitab tetapi juga malaikat. Daripada pendedahan ayat diatas maka anda akan dapat memahami apakah maksud didalam Yohanes 10:34 dan 35 ini.

10:34 - Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? (elohim/ אֱלֹהִ֑ים )

10:35 - Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah--sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan--,

Saya pernah sentuh masalah istilah 'elohim' ini dalam dua artikel saya yang lepas iaitu Benarkah perkataan 'Elohim' mengisyaratkan wujudnya berbilang Tuhan? serta Maksud 'Anak Allah" Didalam Bible

Mari kita lihat pula rangkap ketiga.

10:36 - masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?

10:37 - Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku,

Apakah ini menunjukkan beliau sehakikat dengan Tuhan Bapa hanya kerana ayat ini? Jawapannya tidak. Hal ini kerana istilah 'anak Allah' juga dikenakan kepada Nabi Daud, para hakim, kepada bangsa Israel hingga kepada mereka yang mengikuti Yesus dengan taat  (*). Berikut adalah beberapa contoh istilah 'anak Allah' yang ada dalam Al-Kitab.  

Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (Mazmur 2:7) - ini merupakan ayat yang ditujukan kepada Nabi Daud a.s.

Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian.(Mazmur 82:6) - ini pula ayat yang ditujukan kepada para hakim yang ada dalam Perjanjian Lama.

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Matius 5:9) - ini adalah contoh bagaimana pengikut yang taat akan digelar 'anak-anak Allah'. Untuk mengetahui dengan lebih jelas tentang istilah 'anak Allah', boleh rujuk artikel saya berjudul Maksud 'Anak Allah" Didalam Bible .

Mari kita kita lihat pula rangkap terakhir,

10:38 - tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa."

10:39 - Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.

Jika kita melihat secara literal, mesej ayat itu seakan membawa maksud secara hakikat. Tetapi, sepertimana juga ayat 'Aku dan Bapa adalah satu', ayat ini juga sangat bergantung kepada petunjuk-petunjuk lain didalam Al-Kitab.

Disini juga penulis akan menyentuh berkenaan ayat Yohanes 14:9 memandangkan ia juga dipetik oleh laman Sarapan Pagi Biblika dalam hujahannya. Ayat tersebut ialah,

"Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yohanes 14:9),

Sebelum itu, mari kita melihat terlebih dahulu turutan ayat itu secara keseluruhan. Hal ini kerana terdapat frasa ayat yang sama digunakan seperti Yohanes 10:38 dan ini dapat memberi isyarat atau petunjuk yang lebih jelas kerana ia mempunyai persamaan struktur ayat antara satu sama lain. 

Yohanes 14:8 : Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."

Yohanes 14:9 : Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.

Yohanes 14:10 : Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.


Penjelasan : Kesatuan yang dimaksud adalah dalam matlamat dan tujuan, bukan fizikal. 

Kesamaran ayat pertama akan dijawab bersama dengan kesamaran ayat kedua. Ini kerana terdapat kaitan antara dua ayat tersebut. Bagi menjawab kesamaran ini, kita dapat perhatikan bahawa pertanyaan Yesus pada Filipus sepertimana tercatat dalam Yohanes 14:10 berkenaan permintaan Filipus untuk melihat Bapa. Pertanyaan itu adalah respon dari ketidakyakinan Filipus terhadap Yesus, sehingga memungkinkan beliau meminta untuk melihat Bapa.

Sesuatu yang perlu diperhatikan ialah, dalam keadaan tertentu, ayat dalam perbualan yang sama tidak boleh mengandungi dua konteks sekaligus. Kita tidak boleh berbicara dalam konteks hakiki namun dalam masa yang sama kita juga berbicara dalam konteks metafora/kiasan. Ia mesti hanya mempunyai satu maksud sahaja, samada dalam maksud hakiki atau maksud metafora.

Oleh kerana ayat pada Yohanes 14:10 berkaitan dengan Yohanes 14:09, maka penafsiran pada Yohanes 14:09 berkait rapat dengan Yohanes 14:10. Adakah sesiapa yang ingin menafikan bahawa Yohanes 14:09 tidak berkaitan dengan Yohanes 14:10? Tentu tidak bukan?

Perhatikan bahawa didalam Yohanes 14:10 bahwa terdapat dua aspek utama yang perlu diperhatikan iaitu :

1 - Tidak percayakah engkau, bahawa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku?
2 - tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.

Penjelasan : Kesemua dari perbualan diatas adalah berkenaan perkara yang bersifat metafora / kiasan dan bukan hakiki.

Buktinya :  Ayat pertama : Ayat “aku didalam Bapa dan Bapa didalam aku” adalah penekanan Yesus selepas baginda mempertikaikan permintaan Filipus untuk menunjukkan Bapa kepadanya. Maka disini, kita harus memahami apa makna ‘didalam’. Untuk mengetahui konteks ayat ini, kita perlu melihat ayat berikutnya didalam Yohanes pada bab yang sama :

Yohanes 14:20 : Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.

Ayat pada Yohanes 14:20 inilah yang menjelaskan rahsia maksud 'didalam' yang digunakan Yesus. Ia ibarat menafsirkan keseluruhan perbualan yang berlaku dalam Yohanes bab 14 ini. Ayat ini ibarat 'checkmate' yang meruntuhkan fahaman Triniti. Seperti yang kita tegaskan bahawa, tidak mungkin kita menghimpunkan antara makna realiti dan metafora sekaligus.

Hal yang sama juga boleh kita dapati pada Yohanes 17:21 :

Yohanes 17:21 : supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Ayat ‘Bapa didalam Aku dan Aku didalam Bapa’ pada dua ayat ini telah menterjemahkan maksud sebenar perkataan Yesus pada Filipus ketika mempersoalkan permintaan Filipus untuk melihat Bapa. Maka disini kita dapat melihat maksud ‘didalam’ sebenarnya adalah ‘bersama’ dalam satu tujuan dan matlamat. Penafsiran ini juga terpakai pada ayat Yohanes 10:38 di rangkap terakhir yang sedang kita bicarakan ini.

Justeru, berdasarkan kesimpulan ini, ayat “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bermaksud siapa yang telah melihat Yesus, bererti secara tidak lansung ia melihat sendiri bukti kewujudan Bapa, ini kerana Yesus adalah utusan Allah, dan baginda merupakan tanda dan hujahNya yang nyata di atas dunia. Jawapan ini sekaligus menidakkan permintaan Filipus untuk melihat Tuhan Bapa, kerana Yesus itu sendiri adalah bukti jelas kewujudan Tuhan Bapa. Ini diperkuatkan dengan hujah dari Yohanes 5:37, "Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat,"

Juga dinyatakan di Yohanes 1:18 :

Yohanes 1:18 : Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Sebagai contoh, ada orang yang tidak percaya dengan kewujudan lagenda Hang Tuah dan menganggapnya sekadar dongeng. Namun apabila ada seseorang di zaman moden ini yang mampu mempamerkan bukti warisan artifak dan manuskrip silsilah keturunannya berdasarkan fakta sejarah, maka dia berjaya membuktikan bahawa dirinya keturunan Hang Tuah. Oleh itu kita katakan bahawa dia adalah cerminan dari kewujudan legenda Hang Tuah. Dengan kata lain, siapa yang melihatnya, bererti telah melihat Hang Tuah.  

Ayat kedua : Didalam ayat kedua, “diam didalam aku” bermaksud ajaran dan firman Allah telah bersebati didalam dirinya. Ia tidak bermaksud Allah berada dalam dirinya. Buktinya, lihat pada ayat yang lain dalam Yohanes di bab yang sama (14:23) : Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.

Disini disebut jelas bahawa Yesus dan Allah akan datang dan mendiami sesiapa yang menuruti firmanNya. Jika ia difahami secara literal, adakah ini bererti Allah akan berada didalam tubuh seseorang? Dan apakah pantas, seseorang yang telah didatangi oleh Yesus dan Tuhan bererti dia telah menjadi Tuhan? 



(*) Nota : Argumen ini adalah berdasarkan dalil-dalil yang ada didalam Alkitab Perjanjian Lama dan Baru. Adapun yang benar, berdasarkan Al-Quran dan sunnah, penggunaan istilah 'anak Allah' adalah sesuatu yang diada-adakan dan ini banyak dinafikan didalam Alquran. Maha suci Allah dari semua penisbatan tersebut. Lihat surah Al-Ikhlas ayat 3 dan 4, Surah Maryam ayat 35, ayat 88-92 dan banyak lagi. Adapun sanggahan khusus berkenaan ini, InsyaAllah akan saya tulis dalam artikel akan datang. 




Rujukan :

1) Aku dan Bapa adalah satu - Sarapan Pagi Biblika
2) Alkitab Terjemahan Baru

Saturday, November 14, 2020

Maksud 'Anak Allah" Didalam Bible


MAKSUD 'ANAK ALLAH' DALAM BIBLE



Didalam perbahasan bidang kristologi, saya boleh katakan istilah 'Anak Allah' merupakan istilah yang paling popular dikenali dikalangan muslim berbanding istilah lain yang juga digunakan untuk merujuk kepada Yesus seperti 'Anak Manusia', 'Anak Domba Allah', 'Anak Daud', 'Juruselamat' dan sebagainya.


Persoalannya, apakah pemahaman masyarakat muslim terhadap istilah ini sepertimana pemahaman yang dianut masyarakat Kristian? Ini persoalan yang penulis akan bentangkan dalam tajuk kali ini.

Jika disebut 'Anak Allah', apakah biasanya bayangan yang wujud dalam pemikiran masyarakat muslim? Sudah tentu sebahagian besarnya akan memahami status ketuhanan Yesus itu disebabkan Maryam a.s melahirkannya dalam keadaan perawan. Berdasarkan peristiwa tersebut, sudah tentulah Yesus digelar 'Anak Allah' kerana ia dilahirkan dalam keadaan tanpa bapa. Namun, sejauhmana sangkaan ini?


Apa maksud 'Anak Allah' dalam pandangan Kristian?

Sebenarnya, penganut Kristian tidak mempunyai sangkaan sepertimana masyarakat muslim bahawa Yesus mempunyai hubungan biologis dengan Tuhan melalui keturunan. Ungkapan 'Anak Allah' bagi mereka bukanlah dapat disamakan dengan hubungan seorang bapa dengan seorang anak lelaki. Tuhan tidak bernikah dan mendapat seorang anak melalui pernikahan itu.

Istilah 'Anak Allah' ini boleh kita katakan sebagai istilah kiasan/figuratif. Sebagai contoh, Yohanes 17:12 di mana Yudas disebut dalam terjemahan kitab Injil bahasa Inggeris sebagai “son of perdition” (anak kebinasaan). Maksud ini berkait rapat dengan “kehancuran, keruntuhan, dan sia-sia”. Sebagai manusia, Yudas bukan anak kepada “kehancuran, keruntuhan, dan sia-sia” – tetapi perkara-perkara tersebut merupakan gambaran kepada peribadi dan kehidupan Yudas. Yudas merupakan penjelmaan kepada “kebinasaan”. Dalam aspek yang sama Yesus disebut sebagai Anak Allah.

Hal yang sama tidak jauh berbeza dengan istilah anak watan, anak sungai, anak kapal, anak kunci dan sebagainya. 


Jadi, dimana letak duduknya 'Anak Allah' dalam pandangan Kristian?

Anak Allah ialah Allah. Yesus Kristus adalah Allah, sekaligus sebagai manusia. Yesus ialah Anak Allah dalam ertikata Dia merupakan Allah yang telah menjadi manusia. Didalam Yohanes 1:14 disebutkan,

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Yesus ialah Anak Allah dalam ertikata mukjizat kandungan ibunya telah dimungkinkan oleh Roh Kudus.

Mereka percaya, di dalam Alkitab, Isa a.s sebagai Anak Allah ertinya sama dengan Firman Allah atau Kalimat Allah. Keberadaan-Nya sebagai Anak Allah sama sekali tidaklah dibatasi oleh kelahiranNya di Bethlehem dan kematianNya di Bukit Golgota. Anak Allah itu sudah ada sebelum alam semesta diciptakan, Anak Allah itu kekal di dalam ke-Esaan Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.

Isa Al-Masih disebut Anak Allah kerana Ia Kalimat Allah dan dengan sempurna menjelaskan kehendak dan sifat Allah kepada manusia. Sebagai Anak dan Kalimat Allah, Isa menyatakan kasih dan kesucian dan keselamatan dari Allah kepada manusia.

Istilah "Anak Allah" bagi Yesus Kristus itu tidak bererti bahwa Yesus "kurang daripada Allah." Penyebutan "Anak Allah" sebab Dia adalah Allah yang inkarnasi ke bumi, dan makna "Anak" disitu adalah suatu persamaan hakikat, bahwa Dia dan Bapa sama hakikatnya, yaitu Allah. 

Dan ketika Yesus Kristus dirujuk sebagai "Anak Allah" adalah sebagai sarana untuk menjadikan orang beriman menjadi "anak-anak Allah".


Dimanakah asasnya 'Anak Allah' itu ialah Allah?

Hal ini memerlukan kita untuk menelusuri apakah hujah dan asas yang digunapakai oleh mereka untuk mengatakan bahawa istilah 'Anak Allah' itu adalah Allah.

Untuk itu saya akan menyenaraikan beberapa dalil dan argumen yang mereka gunakan untuk menyatakan istilah 'Anak Allah' itu ialah Allah kemudian saya akan menyenaraikan beberapa sanggahan saya keatas dakwaan mereka itu.

Hujah pertama : Gelaran 'Anak Allah' bererti memiliki sifat yang sama dengan Tuhan Allah, maka ia merupakan suatu kekufuran bagi kaum yahudi dan layak dijatuhkan hukuman mati.

Dalilnya : "Sewaktu menghadap para pemimpin Yahudi, Iman Besar bertanya kepada Yesus, "Demi nama Allah yang hidup, beritahu kami! Adakah kamu Penyelamat yang diutus oleh Allah, iaitu Anak Allah?" (Matius 26:63) Yesus menjawab, "Demikianlah katamu. Tetapi Aku berkata kepada kamu semua: Tidak lama lagi kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Allah Yang Maha Kuasa serta datang di atas awan." (Matius 26:64). Para pemimpin Yahudi kemudian membuat tuduhan bahawa Yesus telah mengkufuri Allah (Matius 26:65-66). Kemudian di hadapan Pilatus, para pemimpin Yahudi berkeras berkata, "Menurut hukum kami dia harus dihukum mati kerana dia mengaku diri-Nya sebagai Anak Allah." (Yohanes 19:7)

Argumen mereka : Mengapakah pengakuan sebagai “Anak Allah” dianggap mengkufuri Allah dan layak dijatuhkan hukuman mati? Para pemimpin Yahudi cukup mengerti maksud yang diperkatakan oleh Yesus dengan ungkapan “Anak Allah”. Istilah “Anak Allah” bererti memiliki sifat yang sama dengan Tuhan Allah. Tuntutan memiliki sifat yang sama dengan Tuhan Allah ialah pengkufuran bagi orang Yahudi, oleh yang demikian mereka menuntut agar Yesus dijatuhkan hukuman mati. Anak Allah bererti memiliki sifat/'nature'/hakikat yang sama seperti Allah. Anak Allah sama dengan Allah. Mengakui diriNya memiliki sifat/'nature'/hakikat yang sama seperti Allah - ertinya mengakui diriNya adalah Allah.

Sanggahan : Pertama sekali, kita perlu mengesahkan apakah benar orang yahudi menghukum mati Yesus dalam peristiwa diatas disebabkan istilah 'Anak Allah' itu membawa pengertian bahawa penyandangnya memiliki sifat atau sebarang persamaan dengan Tuhan?

Untuk itu, kita perlu menelusuri apakah maksud 'Anak Allah' dalam perspektif kepercayaan Yahudi kerana hal ini juga termaktub dalam Kitab suci mereka sementelah mereka juga akrab dengan sebutan ini.

Sebenarnya pemahaman kaum yahudi terhadap istilah 'Anak Allah' atau 'Son of God' agak sedikit berbeza dengan pemahaman kaum Kristian. Jika kita lihat didalam Perjanjian Lama atau Tanakh, istilah 'Anak Tuhan' merupakan suatu cara untuk menunjukkan hubungan istimewa antara manusia dan Tuhan. Umpamanya, didalam Exodus, bangsa Israel digelar 'Anak sulung'. Dalam Psalms (Mazmur), Nabi Daud a.s juga digelar Anak Tuhan. Malah, istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada malaikat, hakim dan penguasa.

Walaubagaimanapun, istilah itu sama sekali tidak membawa idea keturunan secara fizikal, atau membawa persamaan secara zahir dengan Tuhan. Ia tidak lebih hanya sebagai satu ungkapan frasa untuk mengekspresikan sesuatu yang mewakili bayangan dari ciri-ciri ketuhanan, dari satu aspek.

Dalam tradisi Yahudi, istilah Anak Tuhan menggambarkan hubungan istimewa bangsa Israel dengan Tuhan. Mereka percaya mereka adalah bangsa terpilih, yang pertama diberkati dan dikasihi Tuhan. Umpamanya dalam Tanakh disebutkan :

"Ini adalah firman Tuhan, Israel adalah anak sulungku." (Keluaran 4:22)

"Kamu adalah anak-anak TUHAN, Allahmu ... (Ulangan 14:1)

Rabbi Maller ketika mengulas berkenaan ayat diatas menyatakan, "Adakah ini bermaksud bahawa orang Yahudi, baik sebagai individu atau sebagai umat, adalah bersifat Ilahi? Sudah tentu tidak. Tidak ada seorang Rabbi dari yang paling Ortodoks hingga yang paling reformasi yang pernah mengambil ayat-ayat Taurat ini secara harfiah. Bagaimana dengan Yesus? Bukankah dia menyebut dirinya Anak Tuhan? Tidak! Menurut Injil, Yesus sering menyebut dirinya sebagai Anak Manusia. Hanya orang lain yang memanggilnya anak Tuhan dan kebanyakan dari mereka memaksudkannya sama seperti yang dimaksudkan oleh Taurat iaitu orang suci atau umat suci. Istilah anak/anak Tuhan tidak boleh diambil secara harfiah. Ia adalah kiasan. Ia mesti ditafsirkan.

Hal yang sama pernah diulas Rabbi Tovia Singer ketika mengulas berkenaan persoalan mengapa Alquran menyelar kaum yahudi atas gelaran 'Anak Allah' ke atas Uzair. Beliau menjelaskan bahawa tidak ada didalam pemahaman Yahudi istilah 'Anak Allah' bererti sesuatu yang bersifat ilahi (devine). Adapun celaan Allah didalam surah At-Taubah ayat 30 berdasarkan tafsiran dari sebahagian ahli tafsir ditujukan kepada sebuah aliran radikal yahudi di Yaman yang ekstrem dimana kedudukan Uzair sebagai 'Anak Allah' disisi mereka sepertimana kedudukan Isa Al-Masih dikalangan Nasrani.   

Berdasarkan penjelasan dari Rabbi Maller dan Rabbi Tovia ini, kita dapat lihat umat yahudi secara tradisinya tidak pernah melihat istilah "Anak Tuhan' itu sebagai istilah yang membawa pengertian secara hakiki. Hal ini tentu saja menolak apa jua bentuk yang membawa persamaan secara hakikat dengan Tuhan.

Dengan ini kita dapat lihat dakwaan golongan Kristian bahawa orang yahudi menghukum mati Yesus kerana mereka memahami istilah 'Anak Allah' itu memiliki sifat yang sama dengan Tuhan adalah salah dan batil. Maka dengan itu hujah pertama mereka telah tertolak.

Hujah kedua : Gelar 'Anak Allah' pada Yesus adalah tunggal manakala 'anak-anak Allah' adalah jamak bagi umat manusia

Mereka berhujah, "Kita dapat mulai dengan pemahaman sederhana, iaitu membezakan istilah "jamak" dan "tunggal" dalam penggelaran "anak-anak Allah" (plural) dan "Anak Allah" (singular, yang dikenakan kepada Yesus Kristus)". Umpamanya, dalam Lukas 1:32 dan Lukas 1:35 disebutkan :

"Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengurniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,"

Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Alkitab memberi terang tentang perbezaan antara Yesus Kristus sebagai "Anak Allah" (tunggal) dan orang beriman sebagai "anak-anak Allah." Yesus Kristus adalah "Anak Allah yang Tunggal, Anak-Nya sendiri," sedang orang beriman diangkat menjadi anak Allah. Hal ini menunjukkan, bahwa ada perbezaan yang besar di antara hubungan Tuhan Allah sebagai Bapa dengan Yesus dan hubungan Tuhan Allah sebagai Bapa dengan orang beriman.

Dalam Perjanjian Baru, bentuk jamak "anak-anak Allah" ditujukan kepada manusia dengan persyaratan tertentu iaitu manusia yang diangkat oleh Allah menjadi anak kerana percaya kepada Yesus Kristus. Didalam Matius 5:9 disebutkan,

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah"

Penggunaan ‘anak-anak-Nya’ di sini merujuk kepada Allah sebagai Bapa Syurgawi ciptaan-Nya, jadi umat manusia sejagat adalah anak-Nya walaupun mereka mengakui kenyataan tersebut atau tidak.

Namun gelar "Anak Allah" dalam bentuk tunggal ditujukan kepada Yesus Kristus merujuk kepada kesamaan hakikat dengan Allah. Umpamanya dalam Yohanes 1:14 disebutkan,

"Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran."

Gelar "Anak Allah" bagi Yesus Kristus adalah "gelar keilahian," dan penempatannya berbeza dengan gelar "anak-anak Allah" yang dikenakan kepada manusia/ suatu kelompok umat.

Mereka menambah, "Tidak pernah ada seorang nabi yang disebut sebagai "Anak Allah", bahkan tidak ada gelar "Anak Allah" dalam bentuk tunggal buat manusia. Ungkapan "anak-anak Allah" dalam bentuk jamak ditujukan pertama kali kepada keturunan Set (Kejadian 6:2); kedua kepada malaikat-malaikat (Ayub 1:6); ketiga, kepada bangsa Israel; dan keempat, kepada raja-raja Israel zaman dahulu. Maka, gelar Anak Allah dalam bentuk tunggal hanya dimiliki oleh Yesus Kristus.

Sanggahan : Benarkah ada perbezaan antara gelaran 'Anak Allah' untuk Yesus dan "anak-anak Allah' untuk sekelompok umat manusia? sejauhmana kebenaran dakwaan ini? mari kita analisis.

Dalam isu ini, hendaklah kita membezakan antara isi kandungan teks dengan doktrin yang diterapkan terhadap teks. Jika kita memahami isu ini, kita dengan mudah dapat mematahkan hujah kedua ini. 

Dalam sanggahan yang kedua ini saya akan memberi satu contoh bagaimana satu istilah didalam Bible yang digunapakai untuk merujuk kepada Tuhan namun ia juga digunapakai untuk merujuk kepada makhluk. Istilah tersebut ialah 'elohim'.

Saya pernah menulis berkenaan 'elohim' dalam artikel saya 'Benarkah perkataan 'Elohim' mengisyaratkan wujudnya berbilang Tuhan?, anda boleh rujuk artikel itu untuk mengetahui dengan lebih lanjut berkenaan 'elohim'.

Secara ringkasnya, saya boleh simpulkan, 'El' adalah kata umum untuk tuhan, yang kadang-kadang juga digunakan untuk merujuk kepada tuhan-tuhan yang batil. Elohim bukan sahaja digunakan untuk merujuk kepada Tuhan yang haq dan ilah yang palsu tetapi juga merujuk kepada nabi, malaikat, para raja, hakim-hakim dan juga messiah. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang menzahirkan kekuasaan dan kehebatan, maka ia disebut elohim. Namun dalam pemahaman linguistik bangsa Israel, hal ini bukanlah merujuk kepada Tuhan yang haq dan esa, yang menjadi Tuhan bangsa Israel zaman berzaman. Genesis 1:1 adalah contoh bagaimana perkataan elohim merujuk kepada Tuhan yang Esa :

"Pada mulanya Allah (elohim) menciptakan langit dan bumi." (Genesis 1:1)

Namun disana, ada juga penggunaan perkataan 'elohim' untuk merujuk kepada Nabi. Contohnya penggunaan 'elohim' untuk merujuk kepada Nabi Musa a.s didalam Exodus 7:1 :

Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai allah (Elohim) bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.

Contoh lain ialah bagaimana para hakim dirujuk sebagai 'elohim' didalam Psalms 82:6 :

Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah (elohim), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. --

Mari kita lihat pula bagaimana 'elohim' digunakan untuk merujuk kepada malaikat didalam Judges 13:21 dan 22 :

Sejak itu Malaikat TUHAN tidak lagi menampakkan diri kepada Manoah dan isterinya. Maka tahulah Manoah, bahwa Dia itu Malaikat TUHAN.

Berkatalah Manoah kepada isterinya: "Kita pasti mati, sebab kita telah melihat allah (elohim)."

Jika anda melihat kepada beberapa contoh ayat diatas, apakah yang membezakan antara kesemua ayat-ayat diatas? tentunya yang akan menentukan ialah konteks. Namun persoalannya siapa yang menentukan konteks ayat ini? tentu saja ini sangat bergantung kepada doktrin yang dibina oleh pendita agama masing-masing.

Mengapa tidak ada seorang pun dari kalangan penganut yahudi yang melihat Nabi Musa mempunyai persamaan hakikat dengan Tuhan sekalipun ia digelar 'elohim'? Andaikata dalam doktrin kepercayaan yahudi menetapkan para Nabi mereka atau para hakim itu mempunyai esensi atau sifat keilahian tentu hal ini boleh-boleh saja kerana mesej yang terkandung didalam teks mereka seakan menyokong dan memberi pengertian ke arah itu! Namun hal itu tidak terjadi!

Mari kita nilai pula beberapa ayat sebelum ini yang menyebut tentang 'Anak Allah'.

1) Setelah dibaptiskan, Yesus keluar dari air dengan segera. Lalu terbukalah langit dan Dia melihat Roh Allah turun seperti burung merpati ke atas-Nya. Kemudian kedengaran suara dari syurga, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi dan dengan-Nya Aku berkenan.” – (Matius 3:16-17)

2) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (Psalms 2:7)

Mengapa 'Anak-Ku' dalam ayat pertama yang merujuk kepada Yesus bersifat Ilahi manakala 'Anak-Ku' pada ayat kedua yang merujuk kepada Nabi Daud tidak bersifat Ilahi? Jawapannya ialah - doktrin.

1) "Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengurniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya," (Lukas 1:32)

2) Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian.(Psalms 82:6)

Mengapa 'Anak Allah Yang Mahatinggi' dalam ayat pertama yang merujuk kepada Yesus bersifat Ilahi manakala 'anak-anak Yang Mahatinggi' pada ayat kedua yang merujuk kepada para hakim tidak bersifat Ilahi? Sudah tentu jawapannya ialah - doktrin.

1) Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. (Lukas 1:35)

2) "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Matius 5:9)

Mengapa 'Anak Allah' dalam ayat pertama yang merujuk kepada Yesus bersifat Ilahi manakala 'anak-anak Allah' pada ayat kedua yang merujuk kepada pengikut yang membawa damai tidak bersifat Ilahi? Sekali lagi jawapannya ialah - doktrin.

1) Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. (Yohanes 1:18)

2) "Ini adalah firman Tuhan, Israel adalah anak sulungku." (Keluaran 4:22)

Mengapa 'Anak Tunggal Allah' dalam ayat pertama yang merujuk kepada Yesus bersifat Ilahi manakala 'anak sulungKu' pada ayat kedua yang merujuk kepada bangsa Israel tidak bersifat Ilahi? Apa beza anak tunggal dan anak sulung? Bukankah kedua-duanya tetap anak? Sekali lagi dan sekali lagi, jawapannya ialah - doktrin.

Saya percaya sekiranya seseorang yang - tanpa mempunyai sebarang asas dalam kepercayaan agama Kristian jika dibiarkan membaca kesemua ayat diatas tanpa sebarang penjelasan terlebih dahulu, nescaya dia tidak dapat membezakan maksud kesemua ayat tersebut kerana tidak ada petunjuk jelas yang membezakan antara kesemua jenis 'anak' yang ada. Apakah yang membezakan antara Anak-Ku yang Kukasihi dengan Anak-Ku engkau!, atau antara Anak Allah Yang Mahatinggi dengan anak-anak Yang Mahatinggi? atau 'Anak Allah' dengan 'anak-anak Allah'? Yang pasti dia tentu akan mengatakan, "saya lihat kesemua mereka adalah 'anak Allah' belaka!

Dari sini kita dapat lihat betapa pentingnya peranan doktrin dalam menerapkan maksud sesuatu teks. Justeru dalam hal ini, seseorang sepatutnya bukan merujuk kepada doktrin untuk memahami sesuatu teks, sebaliknya menilai sendiri sesuatu teks itu dengan pandangan yang lebih subjektif, luas dan seimbang.

Akhirnya kita dapat membuat kesimpulan, apakah ia 'Anak Allah', 'anak-anak Allah' atau 'Anak Tunggal', sebenarnya tidak ada satu indikasi jelas yang dapat memberi perbezaan antara kesemua ayat-ayat tadi melainkan ia hanya ditokok tambah dengan doktrin yang direka-reka.




Rujukan :

1) Apakah maksud Yesus ialah Anak Allah? - Gotquestions Bahasa Melayu.
2) Yesus, Anak Allah - Sarapan Pagi Biblika.
3) Yesus Kristus adalah Anak Allah - Pesankasihdarisyurga.blogspot
4) Siapakah 'Anak Allah' di dalam Alkitab? - Sabdaharian.com
5) Apakah Yang Dimaksud Dengan “Anak Allah”? - Isadanislam.org
6) Son of God - wikipedia
7) Sons of God - Rabbi Maller.com
8) Why does the Quran condemn the jews for revering Ezra as the Son of God? Rabbi Tovia Singer reponds - Youtube