Saturday, June 12, 2021

Roh Kudus : Suatu perbandingan dari tiga agama (2)


MENEROKA MAKSUD RUH DALAM AL-QURAN


Meneroka maksud Ruh dalam Alquran

Perlu diketahui bahawa didalam Alquran, terdapat dua istilah yang hampir sama iaitu Ruh dan Ruhul Quds. Dalam pembentangan 'Konsep Roh Suci Menurut Islam Dan Kristian' (1), mereka mengemukakan definisi Ruh sebagai :

i. Definisi Rūḥ

Menurut Ibn Fāris, kalimah rūh berasal daripada al-rīh (الريح (yang merujuk kepada angin. Menurut beliau, huruf yā (ي (ditukarkan daripada waw (و (untuk disesuaikan dengan huruf rā (ر (yang berbaris bawah. Beliau juga menyatakan kalimah rūh merujuk kepada nafas manusia. 

Ibn Manẓūr menyetujui pandangan ini dengan berpendapat (روح ,(jama’nya (أرواح (berasal daripada kalimah (الريح (yang bermaksud angin, dan apabila digandingkan dengan manusia ianya bermaksud nafas. Ianya sebagai nafas yang dihirup oleh manusia yang mengalir dalam jasad manusia sehingga membuatkannya hidup. Al-Rāghib al-Asfahānī pula menyatakan rūh ialah salah satu nama bagi nafas seperti mana nama-nama yang diberikan kepada objek objek yang berbeza dalam kelompok yang sama.


Hasil penelitian penulis, ada beberapa ayat didalam Alquran yang menggunakan perkataan Ruh namun dengan maksud yang pelbagai dan berbeza. Disini penulis bawakan beberapa ayat yang menggunakan perkataan Ruh berserta beberapa terjemahan yang sahih. 

Ruh dalam erti kata cahaya, iman dan pertolongan kepada orang beriman

Umpamanya, dalam Surah Al-Mujadilah ayat 22, disebutkan : 

لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Referensi: https://tafsirweb.com/37290-quran-surat-al-mujadilah.html

Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. (Al-Mujadilah 58:22)

Menurut Tafsir Al-Muyassar, Kementerian Agama Saudi Arabia, maksud 'Ruh' dalam ayat tersebut dinyatakan sebagai : 

"Allah menguatkan mereka dengan bukti nyata dan cahaya dari-Nya,"

Dalam Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram), 'Ruh' adalah pertolongan Allah untuk orang-orang beriman. 

"Orang-orang beriman yang memiliki derajat yang tinggi itu telah Allah tetapkan hati mereka untuk keimanan dan Allah beri pertolongan dalam menghadapi musuh-musuh mereka di dunia"

Dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakulti al-Qur'an Universiti Islam Madinah, dijelaskan hubungkait istilah 'Ruh' dengan pertolongan Allah,

وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ"( dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya) Yakni menguatkan mereka dengan memberi pertolongan dalam melawan musuh mereka di dunia. Allah menyebutkan pertolongan dari-Nya dengan istilah ‘ruh’ karena dengan pertolongan itu urusan mereka dapat berlanjut."

Ini pula penjelasan dari Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H,

"Orang-orang yang seperti ini telah Allah tanamkan keimanan dalam hati mereka sehingga syubhat dan keraguan tidak akan berpengaruh lagi terhadapnya. Merekalah orang-orang yang telah dikuatkan Allah dengan ruh dari-Nya, iaitu dengan wahyu dan pertolongan-Nya serta bantuan ilahi serta ihran rabbani seperti kemauan batin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain-lain."

Dalam Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I dijelaskan bentuk pertolongan tersebut, 

"mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari dia berupa kemauan dan kekuatan batin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain-lain."


Ruh dengan makna ruh yang ditiupkan kepada Nabi Adam a.s.

فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى فَقَعُوا۟ لَهُۥ سَٰجِدِينَ

Referensi: https://tafsirweb.com/4179-quran-surat-al-hijr-ayat-29.html

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.(Al-Hijr 15:29)

Dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universiti Islam Madinah, dijelaskan keadaan semasa penciptaan Nabi Adam a.s dalam ayat berkenaan,

"Maka apabila Aku telah menyempurnakan penciptaannya, dan telah meniupkan ruh ciptaan-Ku kedalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Ruh adalah ruhani yang menakjubkan ciptaan Allah. Sebagai pemuliaan kepada Adam."

Hal yang sama dikatakan dalam Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah,

”dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”

Dalam Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram), dijelaskan perkataan Imam Al-Qurtubi,

وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِى "(dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku) Imam al-Qurthubi berkata: ruh adalah jasad halus yang dijadikan Allah untuk menciptakan kehidupan pada badan. Allah menisbatkan ruh kepada diri-Nya sebagai nisbat makhluk kepada Penciptanya, karena ruh adalah makhluk menakjubkan diantara makhluk-makhluk-Nya."

Menurut Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi, dijelaskan juga penisbahan perkataan 'Ruh' dengan Allah taa'la, 

"Diidhafatkan atau dihubungkan kata roh dengan Allah Ta’ala adalah untuk menunjukkan kemuliaan Adam, sebagaimana kata “baitullah” (rumah Allah), dsb."


Ruh dengan makna ruh yang ditiupkan kepada Maryam 

وَٱلَّتِىٓ أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهَا مِن رُّوحِنَا وَجَعَلْنَٰهَا وَٱبْنَهَآ ءَايَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

Referensi: https://tafsirweb.com/37141-quran-surat-al-anbiya.html

Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. (Al-Anbiya 21:91)

Dalam Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia, dijelaskan bahawa Jibril a.s meniupkan 'Ruh' kepada Maryam a.s,

"Dan ingatlah -wahai Rasul- tentang kisah Maryam -'alaihassalām- yang menjaga kehormatan dirinya dari perbuatan zina, lalu Allah mengutus padanya Jibril -'alaihissalām-. Lalu Jibril meniupkan ruh ke dalam tubuhnya hingga iapun mengandung Isa -'alaihissalām-."

Hal yang sama dikatakan dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakulti al-Qur'an Universiti Islam Madinah

فَنَفَخْنَا فِيهَا مِن رُّوحِنَا "(lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami) Yakni ruh nabi Isa."

Dalam Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I, dinukil peristiwa yang sama,

"Dan ingatlah kisah maryam, seorang perempuan salehah, yang memelihara kehormatannya dari berbuat zina, bahkan dari sentuhan laki-laki. Lalu kami tiupkan roh dari kami ke dalam rahim-Nya sehingga ia hamil; dan kami jadikan dia dan anaknya sejak lahir sebagai tanda kebesaran Allah bagi seluruh alam, karena anak itu lahir tanpa ayah, bisa berbicara sejak bayi dan menyatakan dirinya hamba Allah, serta menjadi nabi dan rasul Allah."


Ruh dengan erti kata Rahmat Allah 

يَٰبَنِىَّ ٱذْهَبُوا۟ فَتَحَسَّسُوا۟ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ

Referensi: https://tafsirweb.com/37118-quran-surat-yusuf.html

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.(Yusuf 12:87)

Menurut Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia, Perkataan 'Ruh' diungkapkan sebagai pertolongan Allah. 

Sang ayah berkata kepada mereka, "Wahai anak-anakku! Pergilah kalian untuk mencari khabar tentang Yusuf dan saudaranya. Dan jangan pernah merasa putus asa terhadap pertolongan serta jalan keluar dari Allah kepada hamba. Orang yang merasa putus asa terhadap pertolongan Allah hanyalah orang-orang kafir, karena mereka tidak mengetahui besarnya kekuasaan Allah dan rahasia anugerah-Nya kepada hamba-hamba-Nya."

Dalam Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram), 'Ruh' diertikan sebagai rahmat Allah.

Kemudian Ya’qub berkata kepada mereka dengan penuh keyakinan kepada rahmat Allah: “Wahai anak-anakku, pergilah ke negeri Mesir untuk mencari kabar tentang Yusuf dan dua saudaranya, dan janganlah kalian berputas asa dari rahmat Allah yang luas, karena tidak ada yang berputus asa dari rahmat-Nya melainkan orang yang mendustakan Allah.”

Hal yang sama dinyatakan dalam Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakulti syari'ah Universiti Qashim - Saudi Arabia.

Ya’kub melanjutkan ucapannya: “Wahai anak-anakku, pergilah kalian ke Mesir. Carilah kabar tentang Yusuf dan saudaranya. Janganlah kalian menyerah dengan rahmat Allah dengan terus berkabung dalam kesedihan dan kegelisahan kita. Sesungguhnya tidak ada yang menyerah dengan rahmat Allah kecuali orang yang menolak anugerah, kuasa dan kelembutan Allah” Ar-Rauhu adalah setiap sesuatu yang mengguncang manusia dan sesuatu yang bisa dinikmati olehnya.

Dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakulti al-Qur'an Universiti Islam Madinah, 'Ruh' diertikan sebagai jalan keluar, atau firasat tentang keberadaan seseorang. 

وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ اللهِ ۖ( dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah) Yakni janganlah kalian berputus asa dari jalan keluar dan bantuan yang akan diberikan Allah. Makna dari (الروح) yakni segala yang dirasakan dan diyakini seseorang tentang keberadaan dan kedatangannya.


Ruh dengan maksud wahyu 

يُنَزِّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ بِٱلرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِۦ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦٓ أَنْ أَنذِرُوٓا۟ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱتَّقُونِ

Referensi: https://tafsirweb.com/37129-quran-surat-an-nahl.html

Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”. (An-Nahl 16:02)

Dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakulti al-Qur'an Universiti Islam Madinah, dijelaskan bahawa,

 يُنَزِّلُ الْمَلٰٓئِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِۦ (Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya) Yakni Allah menyampaikan wahyu-Nya kepada para Nabi dengan perantara para malaikat, para malaikat membawa wahyu itu kepada orang yang diistimewakan dengan kenabian tersebut.

Dalam Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H, dijelaskan maksud penamaan 'Ruh' dengan wahyu. 

Makna kata: (يُنَزِّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ بِٱلرُّوحِ) yunazzilul malaaikata birruuh : “Dia menurunkan malaikat dengan ar-ruh” yaitu wahyu, dengannya hidup seluruh jiwa, adapun Ar-Ruh dari kalangan malaikat adalah Jibril.

Pelajaran dari ayat: • Penamaan wahyu dengan ruh, karena ia menghidupkan hati, sebagaimana jasad hidup dengan ruh.

Dalam Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi, hal yang sama dinyatakan,

Wahyu disebut ruh, karena dengannya jiwa manusia hidup.


Ruh dengan maksud Malaikat Jibril

يَوْمَ يَقُومُ ٱلرُّوحُ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ صَفًّا ۖ لَّا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحْمَٰنُ وَقَالَ صَوَابًا

Referensi: https://tafsirweb.com/11928-quran-surat-an-naba-ayat-38.html

Dalam Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia, 'Ruh' diterjemahkan sebagai Malaikat Jibril a.s.

"Pada suatu Hari ketika Jibril dan para Malaikat berdiri berbaris, tidak ada di antara mereka yang berbicara tentang syafaat untuk seseorang kecuali bagi yang telah diizinkan oleh Allah untuk memberi syafaat, dan dia berkata lurus seperti kata tauhid."

Pada Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram), dinyatakan perkara yang sama.

"Pada hari kiamat, malaikat Jibril dan malaikat lainnya berdiri membentuk barisan; mereka tidak berbicara dan tidak memberi syafaat kecuali bagi orang yang telah mendapat izin dari Allah untuk memperoleh syafaat dan mengatakan perkataan yang benar; dan perkataan yang paling benar adalah kalimat ‘Laailaaha illaa Allah’."

Namun dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakulti al-Qur'an Universiti Islam Madinah, dinukilkan juga pendapat lain yang mengatakan bahawa 'Ruh' bukanlah Jibril a.s.

 يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلٰٓئِكَةُ صَفًّا ۖ (Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf) Yakni berbaris-baris. Makna (الروح) disini adalah salah seorang malaikat, terdapat pendapat mengatakan bahwa itu adalah Jibril. Namun menurut pendapat lain ia adalah salah satu tentara Allah yang bukan dari golongan malaikat.

Namun Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H merajihkan pendapat yang mengatakan bahawa ia adalah Jibril a.s.

( يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ ) , "Kata ُالرُوْح dalam ayat ini oleh para ulama dalam pendapat yang paling kuat dan paling mendekati, bahwa yang dimaksud adalah malaikat jibril, yang di ayat lain dikatakan ( نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ ) yakni wahyu Allah yang dibawah oleh Jibril, malaikat yang paling agung. Dalam ayat ini penyebutan kata الروح yang dinisbatkan kepada jibril sebelum para malaikat lainnya adalah pengkhususan untuknya, dan para malaikat pun juga menghadap Allah dengan bershaf-shaf."


Roh Kudus dalam istilah Al-Quran

Saya tertarik dengan apa yang disampaikan dalam artikel 'Konsep Roh Suci Menurut Islam Dan Kristian'. Setelah membentangkan beberapa maksud perkataan Ruh dalam Al-Quran, beliau membawakan pandangan Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir berkenaaan beberapa pendapat ulama' tentang Ruh-Al-Qudus dalam Al-Quran. Setelah membawakan keempat pandangan yang ada, beliau menyatakan kebanyakan ulama' mentarjihkan bahawa Ruh-Al Qudus lebih tepat diertikan sebagai Malaikat Jibril. Berikut saya petik dari pembentangan tersebut. 

Walau bagaimanapun kebanyakan ulama mentarjihkan pendapat yang pertama termasuk al-Rāzī. Ini adalah berpandukan beberapa sebab: Pertama, berdasarkan kesesuaian konteks ayat. Dalam ayat tersebut, disebutkan Rūh al-Qudus sebagai yang ‘meneguhkan kebenarannya’  dan ianya difahami sebagai satu bentuk bantuan dan pertolongan yang sudah pastinya lebih sesuai dengan pemaknaannya sebagai Jibril AS. Kedua, hakikat kejadian Jibril AS yang diciptakan daripada cahaya yang bersifat rohani. Oleh itu penggunaan kalimah rūh lebih tepat merujuk kepadanya berbanding manusia mahu pun Injil yang merupakan sesuatu yang bersifat fizikal. Perkara ini diperkuatkan lagi dengan penggunaan Rūh al-Qudus dalam ayat di dalam surah al-Nahl:

Maksudnya: “Katakanlah (wahai Muhammad): al-Qur’an itu diturunkan oleh Ruh al-Quds (Jibril) dari Tuhanmu dengan cara yang sungguh layak dan berhikmah, untuk meneguhkan iman orang-orang yang beriman, dan untuk menjadi hidayah petunjuk serta berita yang mengembirakan bagi orang-orang Islam.” Al-Nahl (16): 102

Ketiga, dalam beberapa ayat lain, penggunaan kalimah rūh merujuk kepada Jibril (surah al-Shu`ara’ dan surah Maryam). Persandaran kalimah al-quds (suci) dalam ayat pula adalah kerana hakikat Jibril yang sentiasa suci daripada dosa. Penggunaan kalimah rūh (nafas yang menghidupkan) juga bertepatan dengan hakikat tugas Jibril kerana Jibril diamanahkan untuk membawa wahyu yang menghidupkan hati manusia yang mati. Oleh itu Rūh alQudus dalam al-Qur’an dilihat lebih tepat sebagai merujuk kepada malaikat Jibril.


Roh Kudus : Suatu perbandingan dengan kefahaman Kristian dan Yahudi

Dalam Islam, Rūh al-Qudus atau Holy Spirit membawa pengertian yang sama dari sudut bahasa iaitu roh suci. Meskipun menggunakan istilah yang hampir sama, namun Islam tidak mempunyai pengertian seperti mana kepercayaan Yahudi mahupun Kristian. 

Dalam pembentangan  'Konsep Roh Suci Menurut Islam Dan Kristian', Ruhul Qudus dijelaskan sebagai berikut. 

Rūh al-Qudus menurut Islam merujuk kepada Jibril iaitu salah satu malaikat yang diciptakan. Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT daripada cahaya yang berjisim halus, tinggal di langit dan boleh menyerupai pelbagai bentuk. Sebagai makhluk Allah, semestinya ia mempunyai kewajipan dan tertakluk kepada perintah Allah SWT.

Jibril dianggap sebagai makhluk istimewa yang menduduki darjat yang sangat mulia di sisi Allah SWT. Jibril merupakan salah satu daripada Ruasā’ al-Malāikah (ketua malaikat) yang empat. Mereka juga digelar sebagai al-`Uzamā’ al-Arba‘ah (empat malaikat yang agung). Mereka ialah Jibril, Mikail, Israfil dan malaikat maut. Dalam sebuah hadis ada disebutkan bahawa Rasulullah SAW bersabda, “Makhluk yang paling akrab dengan Allah SWT ialah Jibril, Mikail dan Israfil.” Dalam riwayat lain apabila ditanyakan kepada Jibril siapakah makhluk yang paling hampir di sisi Allah SWT Jibril menjawab “Makhluk yang paling hampir ialah Jibril, Mikail, Israfil dan malaikat maut.”

Jibril mempunyai sifat-sifat keagungan seperti mempunyai kekuatan yang luarbiasa, rupa paras yang agung, ditaati di kalangan para penghuni langit dan bersifat amanah. Tugas utama Jibril adalah untuk menyampaikan wahyu daripada Allah kepada para rasul,  di samping memimpin para malaikat dalam Perang Badar, menurunkan azab kepada pengingkar arahan Tuhan, berurusan dengan doa dan permintaan manusia dan lainlain. Meskipun disifatkan dengan pelbagai sifat keagungan, Islam menganggap Jibril termasuk dalam hamba Allah yang mempunyai kewajipan dan tanggungjawab terhadapNya. Ia sama sekali tidak mencapai darjat ketuhanan bahkan ia adalah makhluk yang sentiasa taat beribadah kepada Allah SWT dan akan dimatikan apabila sampai masanya kelak.

Dengan huraian diatas, kita jelas bahawasanya Ruhul Qudus dalam pandangan Islam adalah suatu personafikasi / peribadi yang mempunyai fikiran, kehendak dan emosi tersendiri. Jibril a.s bukanlah suatu bentuk 'kuasa' atau 'tenaga' semata-mata. Namun, kita maklum bahawasanya segala atribut yang ada pada malaikat Jibril a.s adalah tetap termasuk dalam kategori makhluk. Jibril a.s tidak mempunyai apa-apa sifat ilahi. 



1) KONSEP ROH SUCI MENURUT ISLAM DAN KRISTIAN - Adam Badhrulhisham & Khadijah Mohd Khambali@Hambali, University College of Islam Melaka. 78200. Melaka.
Malaysia. Department of `Aqidah & Islamic Thought. Academy of
Islamic Studies. University of Malaya. 

No comments:

Post a Comment